Jumat, 07 Oktober 2011

CROWN TAIL


Keindahannya mengundang decak kagum mania cupang mancanegara.
DR Gene A. Lucas peneliti ikan di Jerman menulis artikel THE CROWNTAIL MAKES SCENE: More on Fringe Finned Beta di majalah Freshwater and marine Aquarium 2001 menulis, “Tahukah anda tentang Crowntail?.Jika belum, sesuatu yang istimewa telah terlewati”.

Asal Muasal
Cupang berasal dari perairan-perairan disekitar Thailand dan Malaysia. Ia bukan asli Indonesia. Cupang sendiri mulai popular tahun 1960-an. Ia akrab disebut Siamese figting fish alias cupang siam lantaran kekar berwarna hitam legam bersirip pendek dan kaku, itulah cikal bakal cupang hias.
Secara taksonomi, cupang digolongkan kedalam genus Betta yang berarti (bright, glittering). Pada dasarnya cupang bersifat agresif, suka berkelahi. Tetapi ada juga yang tidak suka bertarung,Peacefull Betta. Dari 16 genus Betta, 4 diantaranya termasuk kelompok ini sepert; Betta Macrostama (Brunei Beuty), Betta Akarensis R (Serawak Betta), Betta Anabatoidas R (Pearly Betta), Betta Unimaculata (Golden Betta).
Peacefull Betta dikenal memiliki warna yang indah cemerlang dengan ekor panjang. Melalui Penangkaran yang panjang terbentuk cupang bersirip memukau yang dikenal dengan Betta Splendens alias cupang slayer.
Nama slayer melekat karena memiliki ekor yang panjang bak selendang. Sepintas malah menjuntai mirip ekor burung Cendrawasih. Oleh karena itu cupang slayer juga popular dengan sebutan cupang Cendrawasih. Dahulu ujung sirip cupang slayer memang belum dihiasi tulang sirip menonjol alias comb tail. Namun, pada cupang generasi baru, tulang sirip itu sudah menonjol sepert CrownTail.

Asal Usul Crowntail
Crown Tail atau Serit merupakan cupang hias asli silangan dari Indonesia. Jenis cupang ini memiliki sirip yang khas seperti sisir,atau bahkan terlihat seperti layar yang sobek.
Ia lebih dulu popular sebagai cupang serit 2, serit double, atau serit ganda.
Penangkar pertama cupang serit di kompleks Bulog, Rawamangun, Jakarta Timur. Lantaran belum dikenal, beberapa cupang serit tangkaran Achmad bernasib tragis. Di Bali cupang serit jadi tertawaan lantaran dianggap cupang hancur alias apkir. Beberapa menyebut Iyus, panggilan akrab Ahmad, kurang pekerjaan. Kebalikan pada tahun 2000, justru peternak dilanda demam serit.
Sampai saat ini penemu cupang serit masih simpang siur, peternang cupang di Slipi, Jakarta barat, menganggap Achmad Yusuf sebagai penemu jenis Crowntail. Crowntail lahir pada tahun 1998 dan menjadi booming pada tahun 2000. awal lahirnya jenis ini banyak pihak yang skeptis dan menganggap jenis ini hanya penyimpangan semata. Jenis cupang inipun akhirnya hanya jadi "warga kelas dua" dalam setiap kontes cupang.
Bayangan munculnya serit 2 di awal penangkaran tidak terfikir. Namun, pada tahun 1997 setelah 3 kali penyilangan dari 5 – 10 induk didapat sekitar 10% cupang serit 2. Ketika itu semua serit 2 berwarna hijau. Tahun berikutnya, 1999, beberapa penangkar lain berhasil pula memperoleh serit 2 itu.
Contoh : A suing di Jelembar, Jakarta barat, yang mempopulerkan serit 2 berwarna merah. Edi Sudrajat juga mengusung serit 2 berwarna biru.
Di International Betta Congress (IBC), cupang serit disebut fringe finned betta. Model ekor comb tail merupakan pengembangan bentuk delta tail. Bedanya, ujung ekor delta tail tidak bergerigi atau serit pendek. Grigi pada combtail yang memanjang kemudian menjadi cikal bakal cupang serit satu. Penyilangan sesama serit satu secara intensif menghasilkan turunan cupang serit 2. Bahkan pada penyilangan serit dua dihasilkan serit 4 dan 8.
Agar tidak salah kaprah, istilah combtail selanjutnya berlaku untuk tipe serit pendek. Untuk serit 2 atau lebih disebut Crowntail atau ekor mahkota.
Dalam perkembangannya, Crowntail banyak mengalami perubahan bentuk serit. Diantaranya menjadi tipe balok, tipe balon, serit 4 (double ray) dan serit 8. Tipe balok diartikan sebagai Crowntail yang bertulang serit kasar. Sedangkan tipe balon memiliki selaput diantara tulang serit yang melebar.
Berkembangnya era strain baru pada ikan cupang membuat banyak pihak mengaggumi jenis ini dan berlomba-lomba untuk memperbanyak cupang serit...akhirnya keberadaan cupang serit diakui oleh International Betta Congress (IBC).

Mengenali Penyakit dan Pencegahan Pada Cupang Hias

Bagi banyak orang, infeksi pada jamur masih sering dianggap sebagai momok paling menakutkan bila kehadirannya mulai menyapa ikan mereka. 

Meskipun saat ini telah beredar banyak fungsida yang mampu membasmi infeksi akibat jamur, namun ada baiknya keberadaan jamur tersebut kita kenali. Bagaimana pun melakukan pencegahan lebih baik dari pada mengobati. 
Serangan jamur sering kali membawa masalah tersendiri bagi kelangsungan hidup ikan. Infeksi yang kebanyakan disebabkan jamur dari genus Saprolegia dan Achila ini biasanya akan merusak jaringan luar tubuh ikan yang rusak karena luka atau penyakit lain. Selain itu, kehadiran jamur dapat pula dipicu buruknya kwalitas air, baik secara fisik maupun kimia. Menurut pengamatan sebagai praktisi, ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur. 
Beberapa jamur diketahui juga menyerang bagian dalam jaringan tubuh ikan. Icththyophonus, misalnya diketahui sebagai jamur sistemik yang menyerang ikan. Icththyophonus dapat menginfeksi bagian organ tubuh ikan dan gupalan (nodul) yang mirip seperti terjadinya kasus TBC ikan. Untuk serangan jamur sistematik ini belum tersedia obat yang dijual secara komersial. Meskipun demikian, perendaman dengan malachite green diketahui dapat menyembuhkan serangan jamur sistemik. 




SAPROLEGNIA 
Kehadiran saprolegna biasanya ditandai dengan munculnya “benda” seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan. “water molds”, demikian sapaan akrab saprolegna, diketahui dapat menyerang ikan dan juga telur ikan. Mereka umumnya dijumpai pada air tawar maupun air payau. Jamur ini dapat tumbuh pada selang suhu 0 – 35 derajat Celcius, dengan selang pertumbuhan optimal 15 – 35 derajat celcius. 
Pada umumnya, saprolegnia akan menyerang bagian tubuh yang terluka dan selanjutnya akan menyebar pada jaringan yang sehat. Serangan saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi air yang buruk, seperti sirkulasi air yang rendah, atau kadar ammonia tinggi, dan kadar bahan organic yang tinggi. 
Pencegahan dan Perawatan 
Menjaga kualitas air adalah kunci utama untuk mencegah datangnya infeksi jamur ini. Hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan yang tinggi untuk menghindari terjadinya luka, dan selalu menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai. Apabila gejala saprolegnia ditemukan segera lakukan evaluasi kualitas air aquarium dan lakukan pengobatan dengan fungsida khusus ikan. Perlakuan PK (permanat kalium) formalin atau povidone iodine. 



BRANCHIOMYCOSIS 
Ikan yang terjangkit akan menunjukan gejala nafas yang tersenggal-senggal dipermukaan air dan malas. Insang tampak mengeras dan berwarna pucat. Penyakit ini sangat mudah menular pada ikan lain, karena apabila bagian jaringan yang terserang mati dan lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas dan masuk kedalam air sehingga akan memungkinkan untuk menyerang ikan lainnya. 
Branchiomyces demigrans atau “Gill rot (Busuk insang)” disebabkan oleh jamur Branchiomyces sanguinis. PH rendah (5.8 – 6.8) menjadi penyebab utama penyakit ini dapat tumbuh subur, disamping kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang berlebihan dalam aquarium. 
Branchiomyces demigrans dapat tumbuh pada temperature 14 – 35 derajat celcius, penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar aquarium. 

Pencegahan dan Perawatan 
Pengolahan aquarium yang baik akan menciptakan kondisi extreme bagi jamur tersebut untuk tumbuh. Apabila penyakit telah terlanjur terjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin dan Copper sulfat. 
Diketahui dapat mencegah kematian akibat infeksi Branchiomycosis. Aquarium yang terjangkit hendaknya segera dikuras, dan dikeringkan serta lakukan strerilisasi. Apabila terjadi dikolam maka kolam harus dikeringkan dan berikan perlakuan dengan kalsium oksida. 


ICTHYOPHORUS 
Tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini, ikan biasanya akan menjadi carrier sepanjang hidupnya. Pencegahan adalah satu-satunya cara untuk menghindari serangan penyakitIcthyophorus. Sulitnya mengatasi penyakit ini dikarenakan sebaran penyakit yang biasa mengambil jalan melalui spora yang termakan akan tumbuh dalam tubuh ikan dan lambat laun akan menggerogoti tubuh ikan. 
Ikan yang terserang penyakit ini dalam stadium ringan sampai sedang biasanya tidak menampakan gejala penyakit. Pada kasus sangat berat, kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan terjadinya infeksi dibagian bawah kulit dan jaringan otot. Ikan juga dapat menunjukan pembengkakan tulang. 
Apabila Icthyophorus ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk memusnahkan ikan tersebut. Selanjutnya lakukan strerilisasi pada aquarium yang telah terkontaminasi jamur tersebut dengan menggunakan Alkohol atau dikuras dan dijemur beberapa lama. 

Asal Usul Kontes Ikan Cupang Hias di Indonesia

Cupang Hias ( Betta Splendens ), adalah salah satu jenis ikan hias yang memiliki banyak penggemar di Indonesia. Kontes Ikan cupang Hias mulai dikenal masyarakat pertama kali pada saat era awal 90an, pada dilombakan masih ikan-ikan cupang hias jadul, seperti ekor lilin ataupun slayer dalam 1 kategori/kelas. Bahkan media tempat ikan diarena kontespun masih menggunakan botol belum menggunakan aquarium seperti sekarang.

Kontes cupang moderen pertamakali diadakan dipertengahan 90an yakni di tahun 1996 di Mall Puri Indah. Saat Itu ikan yang diperlombakan adalah Ikan asli produksi Indonesia, yaitu Serit (Crowntail). Kontes tersebut sudah di bagi dalam beberapa kategori berdasarkan warna, yaitu kategori warna dasar, warna kombinasi, warna maskot dan warna bebas. Dan di bagi dalam beberapa kelas yaitu Senior, Junior, Baby. diwaktu itulah ikan cupang hias terutama jenis serit ramai di bicarakan oleh para penghobbies ikan hias, dan ditahun 1998 mulai banyak kontes-kontes cupang hias di adakan di jakarta.  Lalu diikuti oleh kota-kota lain di pulau Jawa, dimulai oleh Surabaya sebagai kota pertama yang mengadakan kontes di luar Jakarta yaitu di tahun 1998. 

Mulai sejak saat itu lah kontes2 cupang hias ramai diadakan di Indonesia, dan mengalami Booming di era 1999-2002, di era ini perkembangan cupang hias jenis serit benar-benar mengalami kemajuan yang begitu pesat dan teramat sangat di gandrungi dan di cari oleh para penghobbies,  pada era tersebut harga ikan cupang hias jenis serit melonjak dahsyat, disekitar tahun 2000-an pada sebuah kontes lokalan peternak di Slipi yang di adakan oleh KECAPI,salah satu kelompok peternak disipi , seekor ikan hias juara (warna hitam) dibeli oleh Pohin (seorang hobbies cupang hias di Jakarta) melalui lelang setelah kontes dengan harga Rp. 7,000,000,00., harga yang cukup gila untuk seekor ikan yang berukuran kecil, namun belum hilang kekagetan publik oleh harga tersebut, masyarakat di buat tercengang kembali ketika seekor serit merah dibeli seharga Rp. 14,000,000,00 oleh Harvey, seorang penghobbies cupang hias dari Bandung. Di era ini harga bakalan seekor serit kecil minimal Rp. 300,000,00. Harga ikan-ikan jadi untuk kontes rata-rata diatas satu juta rupiah,  dan untuk ikan-ikan juara harga rata-ratanya mencapai diatas  dua juta rupiah, bahkan untuk ikan-ikan rijek pun seorang peternak bisa menjual seharga Rp. 15,000,00 per ekor.  Ikan cupang jenis serit benar-benar merajai pasar ikan hias di Indonesia, belum cukup sampai disitu, Henry Yin salah seorang penghobbies asal Jakarta, memperkenalkan cupang serit kepada dunia dengan nama Crowntail Betta. Tanpa disangka, dunia benar-benar di buat terkagum-kagum dengan keindahan ikan hias asal Indonesia ini. Di era ini kontes-kontes cupang hias begitu marak diadakan di kota-kota di seluruh Indonesia, dari mulai piala bupati/walikota hingga piala presiden pernah diadakan, dan peternak cupang hias pun menjamur.

Di sekitar tahun 2001-an salah satu strain cupang hias asal Amerika Serikat yaitu Halfmoon pun mulai di kenal pubik dan pertamakali masuk dalam kategori kontes pada saat kontes di gedung Indosat Jakarta, dengan masih hanya terdiri 1 kelas. Lalu menyusul strain Plakat, cupang hias asal Thailand pun masuk menjadi salah satu kategori kontes pada saat kontes tahun 2002 di Gajah Mada yang di adakan oleh Jakarta Club.

Di tahun 2003 dunia cupang hias mendapatkan hantaman keras dengan masuknya salah satu ikan hias jenis siklid dari Negri Jiran yaitu Louhan. Diakhir tahun itu cupang hias mengalami kemerosotan yang cukup tajam, dan mengalami periode suram hingga tahun 2006. Dimasa itu Kontes yang di adakan setiap tahun pun bisa dihitung oleh jari saja.

Meskipun jarang diadakannya kontes namun para peternak maupun penghobbies sejati cupang hias tetap bertahan menekuni di dunia ikan cupang hias ini, berkat merekalah akhirnya pelan tapi pasti Ditahun 2007 cupang hias bangkit kembali, ini di tandakan oleh di adakannya kontes cupang hias di Lapangan banteng Jakarta yang tercatat di rekor MURI sebagai kontes ikan hias dengan jumlah peserta terbanyak sejumlah 1063 ekor ikan yang menjadi pesertanya. Dikontes tersebut juga mulai diperkenalkannya strain cupang hias dari Thailand yaitu Giant. Lalu kategori pada kontes pun muai di perbanyak, serit, halfmoon dan plakat pun di bagi menjadi banyak kelas berdasarkan warna.

Di tahun 2009 hingga sekarang ini (2011) dunia ikan cupang hias menemukann kejayaannya kembali dengan maraknya di adakan kontes-kontes lagi di seluruh Indonesia bahkan dikontes Perdana MCHI (Masyarakat Cupang Hias Indonesia) di bulan april 2011 jumlah peserta mencapai hingga 816 ekor ikan!. Semua pun berharap agar ikan cupang hias di Indonesia merajai kembali pasar ikan hias di tanah air bahkan di dunia.